Pohon Yang Roboh Itu Menghantam Sekretariat SWAPENKA

Diposting oleh Ank Seudara on Rabu, 12 Juni 2013

Suatu hari di tanggal 18 Februari 2013, Jember diterjang hujan badai, terutama di kawasan kampus Bumi Tegalboto. Begitu juga yang terjadi di lingkungan UKM Fakultas Sastra Universitas Jember. Angin menderu, dedaunan bergoyang. Banyak dari dedaunan itu yang rontok dan jatuh ke tanah, bersamaan dengan jatuhnya butir-butir air hujan.

Bagaimana dengan sekretariat SWAPENKA? Sama saja. Bahkan bisa dibilang, SWAPENKA terkena dampak terparah. Pohon Lamtoro yang berdiameter sepinggang orang dewasa (yang agak gemuk) tumbang dan menjatuhi atap sekretariat.


Tampak Depan


Tampak Belakang

Itu sudah lama berlalu, sudah empat bulan yang lalu. Apakah sudah ada perbaikan? Pihak Fakultas menjanjikan akan segera merenovasi kerusakan. Sayangnya sampai hari ini belum nampak adanya perbaikan. Sekretariat SWAPENKA bisa digunakan untuk ruang rapat dan proses-proses lainnya, dikarenakan atap dan beberapa hal yang morat-marit, diperbaiki secara mandiri dan semampunya.

Memang ada usulan dari pihak Fakultas, agar teman-teman mencari kontrakan selama uang sekretariat belum diperbaiki. Tapi teman-teman SWAPENKA lebih memilih jalan irit, dan tidak menyusahkan pihak Fakultas Sastra Universitas Jember. Yaitu dengan mandiri bersih-bersih, merapikan kayu-kayu, dan inventarisasi ulang barang-barang kesekretariatan. Untuk kerapian kayu, dibantu sepenuhnya oleh Cak Busar. Terima kasih ya Cak Bus.


Gambelina yang roboh di pelataran SWAPENKA | 23 Januari 2012

Satu tahun sebelumnya, tepatnya pada Hari Raya Imlek, 23 januari 2013, pohon Gambelina yang tumbuh di pelataran UKM SWAPENKA Fakultas Sastra Universitas Jember, juga tumbang.

Kabarnya, pohon bongsor berdaun lebar dan berbatang lurus ini tidak memiliki akar tunjang, sama dengan pohon sengon. Akibatnya, jika kena terpaan angin kencang dia akan mudah tumbang.

"Kasus tumbangnya pohon-pohon di Universitas Jember juga pernah terjadi di Fakultas Ekonomi dan Sastra beberapa tahun yang lalu. Saat itu, ada beberapa pohon sengon yang tumbang. Pohon yang tidak mempunyai akar tunjang tidak bisa mencengkeram tanah dengan kuat kecuali pohon kelapa. Tidak hanya jenis gambelina, pohon yang ditanam dengan proses cangkok juga tidak akan kuat menahan terpaan angin. Selanjutnya, pohon gambelina yang roboh ini akan dipotong dan dibuat papan untuk tempat duduk."


Itu adalah pendapat Bapak Syamsul Anam yang saya kutip di grup SWP on the Memories.

Kembali ke kondisi SWAPENKA hari ini setelah dihantam oleh pohon yang tumbang. Bagaimana kami berproses? Apakah pindah tenpat? Tidak, kami lebih memilih untuk menempati ruang, dan sebisa mungkin membersihkannya.

Kondisi SWAPENKA hari ini, paska dihantam pohon yang roboh.


Tampak belakang, di kebun SWAPENKA

Foto di atas diambil tadi sore, 12 Juni 2013. Masih belum ada renovasi. Namun cabang pohon yang roboh sudah mulai di potong-potong oleh Cak Busar. Syukurlah, sekarang Cak Busar punya senso.


Kerja bakti sambil membuat api unggun | 12 Juni 2013

Tampak dalam foto di atas, batang pohon yang roboh masih nampak dengan kemiringannya yang ekstrem. Namun begitu, kami masih bisa bersih-bersih di kebun belakang.


Rapat Konsolidasi Pengambilan NIA SWAPENKA | 11 Juni 2013

Keadaan yang carut marut di dalam sekretariat SWAPENKA tidak membuat kami patah arang dan tak melakukan apa-apa. Segera setelah kejadian pohon tumbang, kami membersihkan areal dalam, agar kami tetap bisa berproses. Apalagi saat ini, ketika teman-teman SWAPENKA sedang disibukkan dengan acara Pengambilan NIA (Nomor Induk Anggota). Kalau dulu namanya DIKLAT Lanjutan.

Sebagai penutup, akan saya tampilkan foto narsis tadi sore, saat bersih-bersih sekret sambil membuat api unggun. Sudah, Salam Lestari!


Jukok SWAPENKA - 12 Juni 2013

{ 0 komentar ... read them below or add one }

Posting Komentar