Ini tentang skripsi yang tak kunjung usai, juga tentang rasa malas manakala ada yang bertanya, "Yo'opo skripsimu?" Saya mengerti, mereka yang mengatakan itu hanya berusaha empati. Sejujurnya, saya tidak butuh empati. Kalimat-kalimat seperti itu hanya membuat saya bergumam dalam hati. Pathek reh...! Tapi hanya dalam hati saja.
Dear skripsi-ku sayang, gimana kabarmu hari ini? Semoga kamu baik-baik saja. Apa kamu tidak kangen dengan aku? Aku kangen kamu lho. Ayo jalan-jalan lagi. Antarkan aku ke Gedung Soetardjo ya, aku ingin lulus.
Blockquote di atas saya tulis bersama Bang Korep, ketika stress kembali menjenguk. Melihat segala kelucuan yang saya lakukan, Bang Korep malah ketawa ngakak. Ujung-ujungnya, kami berlabuh di bawah payung di pelataran sekretariat. Jasik kamu Bang.
Yang menyebalkan adalah ketika ada orang yang tiba-tiba nyeletuk, "Jek cumak skripsi ae loh, mak tagger ndak mari-mari." Atau kata-kata sebangsa setanah air. Grrrrhhh...! Terus terang, saya memilih untuk ngempet dan diam ketika ada orang lain yang berkata seperti itu. Padahal saya ingin berkata, seperti yang tertulis dalam gambar berikut ini:
![]() |
Adhe' laaah... |
Skripsi melelahkan. Dia membuat saya sulit untuk tidur nyenyak. Gara-gara skripsi pula, semakin hari saya semakin perasa (kata lain dari emosional). Pernah suatu hari saat bermain futsal, seseorang memukul saya. Campur antara kaget dan senang, saya berusaha membalasnya. Ya saya kaget. Siapa yang tidak kaget, lha wong main futsal dicampur sama silat. Tapi sekaligus saya senang. Ini yang saya tunggu-tunggu. Akeket.
Syukurlah, banyak yang peduli pada saya. Mereka mengingatkan saya dengan segala cara. Alhamdulillah, terima kasih sudah mengingatkan saya yo rek. Maaf bila saya khilaf dan membalas pukulan itu. Juga, dengan nada yang sedikit mengancam.Sekali lagi seporanah.
Adduuuuh... Skripsi Oh Skripshit! Bikin orang emosional saja.
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar